Meskipun
aku hilang, aku masih hidup. Di tempat baru yang aneh ini bukanlah dunia kekal.
Aku ternyata masih di dunia. Tempat dimana semua kejahatan dan kebaikan
bersaing memburuku. Syukurlah, aku tidak mati.
Waktu
terus berjalan bersama kehidupan yang tak berhenti bergulir di hadapanku. Meskipun
aku tidak hilang dan masih hidup. Aku merasakan sesuatu yang lain. Tubuhku
masih kecil tetapi di dalam jiwaku kurasakan sebuah kedewasaan yang tubuh. Ini
seperti efek kesendirian. Sambil melihat televisi dari celah tembok, air mataku
terjatuh. Sebuah kegetiran kehidupan lagi-lagi menguatkan hatiku.
===
Satu tahun berlalu begitu lama. Beratnya
hari-hari kemarin semakin terasa ketika menyisakan kenangan menyedihkan. Setelah
merampungkan buku pelajaran hari ini, aku menjajaki jalanan menanjak bak
mendaki ke puncak gunung, sendirian. Tidak peduli banyak teman-teman yang
tersenyum bahagia duduk di atas kendaraan sambil memeluk erat tubuh bapak
mereka. Tidak takut pada anjing peliharaan yang menyalak tiba-tiba. Tidak
merasakan keringat yang bercucuran lelah. Meskipun begitu, aku tidak bisa
tersenyum. Sesuatu terasa sangat berat di dalam hatiku. Rindu.
Anehnya aku tidak tahu untuk siapa rindu
ini. Ketika pikiran anak kecil sepertiku menemukan kesimpulannya sendiri. Tidak
ada yang menginginkanku. Bahkan orang tuaku sendiri. Di tengah gelombang
kerinduan yang besar menyurusi jalan menuju sekolah, lagi-lagi kubuat
kesimpulan sendiri. Aku rindu ketidaanku di dunia.
Hari pertama sekolah di tahun ajaran
baru. Menyebalkan. Kelas kami digabung. Dua sekaligus. Satu meja panjang
ditempati empat orang. Aku memilih kursi paling sudut. Menempatkan tas hitam
besar milik sepupu laki-lakiku di sana. Kemudian menghilang ke belakang sekolah
yang memiliki pemandangan tidak terkira. Lautan lepas yang memantulkan warna
birunya langit. Dipinggirnya, berjejer pulau-pulau berwarna hijau yang
menyejukkan mata. Dimana lagi bisa ada sekolah di atas bukit yang menyajikan
pemandangan seperti ini? Tempat ini jauh dari gedung sekolah. Kita harus
mendaki sedikit ke atas bukit yang lebih tinggi. Tidak jauh. Hanya beberapa
meter dan kau bisa melihat indahnya alam di sana. Melupakan sejenak kegelisahan
hatimu. Melupakan sejenak kesusahan hari-harimu.
Dari bukit ini, aku melihat dunia ku. Di
tempat ini, aku menemukan celah kebahagiaan. Air mataku menetes lagi. Tempat ini
membangunkan sesuatu yang berat di hatiku. Rindu. Ternyata aku salah. Rindu ini
untuk tempat ternyaman yang pernah aku rasakan. Kampung halamanku. Di pesisir
sana.
to be continued